Nyonya Dinda Berapa usia mu?
Nyonya Dinda Benarkah? Apa kau tau kita ini seumuran tau bahkan kamu beda setahun dariku, jadi kamu tidak perlu memanggilku nyonya oke?
Daniar Tidak bisa ini sudah peraturan saya nyonya
Dinda kesal saat abdi dalem itu menolak perintahnya.
Nyonya Dinda Oh iya aku ingin bertanya tentang tuan Arjun, tuan Arjun Saputra itu orangnya seperti apa sih?
Daniar Dia orangnya tegas dan saya harap nyonya jangan berbuat masalah dengannya juga menyinggung nya atau nanti nyonya akan di hukum
Nyonya Dinda Di hukum, termasuk di ceraikan begitu?
Daniar Hush nyonya jangan bicara begitu, tuan Arjun tidak akan menceraikan istrinya
Nyonya Dinda Kenapa begitu?
Daniar Karena setiap yang datang kesini, jika ingin keluar dari tempat ini harus dalam keadaan tidak bernyawa
Daniar Ya Tuhan mulutku ini
Daniar menampar mulutnya sendiri.
Dinda mencegah Daniar menampar mulutnya.
Daniar Maaf nyonya seharusnya saya tidak berbicara hal buruk pada nyonya. Silahkan nyonya hukum saya
Nyonya Dinda Aku tidak sejahat itu
Daniar Ku mohon nyonya untuk tidak memasukan ke dalam hati tentang perkataan saya tadi
Nyonya Dinda Kamu tenang saja santai saja
Dinda menepuk pundak Daniar.
Dinda sudah selesai dan seperti boneka Dinda hanya bisa pasrah saat Daniar mencoba melayaninya mulai dari memakaikan pakaiannya, memakaikan make-up, mengeringkan rambutnya dan yang lainnya.
Daniar Sebentar lagi makan malam sudah siap nyonya akan bergabung dengan tuan Arjun dan para istri yang lain
Mata Dinda seketika terbelalak, ia tidak bisa membayangkan akan duduk di meja yang sama dengan pria itu dan tentu saja dengan para madunya juga.
Nyonya Dinda Bagus make-up nya tipis dan tidak terlalu menor atau tebal
Dinda memang suka berdandan sederhana, Dinda juga tidak tertarik untuk menarik perhatian pria tua itu.
Kemudian Dinda keluar dari paviliun nya menuju ke meja makan di pandu oleh Daniar. Dinda sampai saat ketiga madunya sudah sampai duluan. Ketiga wanita itu memandangi Dinda dengan tatapan aneh sekarang.
Nyonya Nike Kamu duduk di samping Nurma
perintah Nike mengatur tempat duduk Dinda.
Berbeda dengan Nike dan Nurul yang sangat sinis, Nurma terlihat lebih bersahabat bagi Dinda. Dia tersenyum saat Dinda menduduki bangku kosong di sebelahnya.
Nyonya Nike Kita duduk berdasarkan status. Istri pertama dan istri kedua duduk di samping tuan Arjun. Sementara istri ketiga dan keempat mengikuti saja
Nike nampak menekankan perbedaan status mereka.
kata Dinda patuh.
Nyonya NurmaDinda, kamu sepertinya tidak suka menarik perhatiannya ya?
Nurma memulai percakapan.
Nyonya Dinda Iya mbak, Dinda tidak terbiasa dengan riasan
Nyonya Nurul Apa kamu tidak ingin mendapat kasih sayang dari tuan Arjun? Kami bahkan merias diri semenarik mungkin untuk menarik perhatian dari tuan Arjun. Tapi kamu?
Nurul menyela.
Nyonya Nike Baguslah kamu masih sadar diri. Setidaknya aku hanya bersaing dengan dua orang saja
kata Nike angkuh.
Percakapan mereka terhenti saat salah satu seorang pengawal datang. Ketiga istri tuan Arjun segera bergegas berdiri untuk menyambut kedatangan suami mereka. Sementara Dinda hanya mengikutinya saja, karena ia belum sepenuhnya mengerti.
Klotak.. Klotak.. Klotak..
Terdengar suara sepatu melangkah masuk ke ruang makan, seorang pria gagah dan tampan datang dengan angkuh.
Dinda seolah tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Bukan pria tua seperti yang dia kira. Dia terlihat seperti seseorang yang sempurna. Dinda menelan ludahnya sendiri. Belum pernah ia melihat pria yang semenarik itu.
Nyonya Nike Selamat malam tuan
Nyonya Nurul Selamat malam tuan
Nyonya NurmaSelamat malam tuan
kata ketiga istri dengan kompak. Dinda hanya menunduk saat tuan Arjun melirik kearahnya karena tidak menyambutnya.
Tuan Arjun SaputraDuduklah
kata tuan Arjun.
Keempat istrinya dengan patuh mengambil tempat duduk masing-masing. Makan malam telah selesai tuan Arjun segera pergi setelah selesai menyantap hidangannya, semua istri akhirnya kembali ke paviliun mereka masing-masing. Tak terkecuali Dinda.
Keesokan harinya Dinda bangun pagi-pagi sekali dan kemudian berjalan-jalan di sekitar kediaman lalu Dinda bertemu dengan Nurma. Nurma yang melihat Dinda menggandeng tangannya untuk ikut ke paviliun menemaninya minum teh.
Setelah meminum teh bersama dengan Nurma, Dinda kembali ke paviliun nya, namun pandangan matanya terhenti pada sebuah pohon rambutan di halaman belakang gedung utama.
Nyonya Dinda Itu rambutan?
tunjuk Dinda.
Daniar Benar nyonya tapi itu.. Ah nyonya tunggu
Daniar panik saat Dinda berlari ke arah pohon rambutan itu.
nafas Daniar terengah-engah mengejar Dinda.
Daniar Nyonya mau rambutan itu?
Daniar Tentu saja, saya akan carikan orang untuk memetik buah rambutan itu untuk nyonya. Nyonya tunggu sebentar
Daniar bergegas berlari untuk meminta bantuan.
Dinda melihat buah rambutan itu dengan gembira, mungkin air liurnya sudah menetes deras kali ini dia sudah tidak sabar lagi ingin mencicipi rambutan yang rasanya manis itu.
Dinda tidak mendengarkan Daniar, Dinda kemudian memanjat pohon rambutan itu. Dalam sekejap Dinda sudah berada di atas. Memetik beberapa buah rambutan dan perlahan menjatuhkannya ke tanah.
Tuan Arjun SaputraSedang apa kamu?
Nyonya Dinda Tentu saja memetik rambutan, kamu kira aku sedang membaca buku di atas pohon ini apa?
Dinda menjawab tanpa melihat siapa yang bertanya padanya.
Tuan Arjun SaputraApa perlu aku carikan tangga?
Nyonya Dinda Boleh juga idemu. Nanti aku akan beri beberapa rambutan untuk mu
Tuan Arjun SaputraHemm aku tidak butuh rambutan mu itu
Dinda terkejut saat melihat tuan Arjun yang berada di bawah sana.
kata Dinda lirih.
Tuan Arjun SaputraTurunlah kamu tidak pantas melakukan ini
Dengan gemetar Dinda menuruni pohon itu, dia tidak berani melihat ke bawah. Nyalinya hilang untuk menghadapi pria itu.
Nyonya Dinda Argh.. Aaaa..
Dinda terjun dari ketinggian, menimpa tubuh tuan Arjun yang dari tadi sudah berdiri di bawahnya.
Buuuggghhh.. Dinda mendarat di dada tuan Arjun. Dinda memejamkan kedua matanya karena takut. Tuan Arjun tidak berkomentar apapun dia hanya diam saat Dinda berada di atas tubuhnya.
Setelah Dinda bangun tuan Arjun sangat sibuk membersihkan tanah yang menempel di tubuhnya lalu tuan Arjun segera meninggalkan Dinda seorang diri di bawah pohon rambutan itu.
Dinda sendiri kemudian kembali ke paviliun nya, ternyata sudah ada Daniar di sana Daniar sudah mencarinya tapi tidak menemukannya dan akhirnya Daniar memilih untuk ke paviliun milik Dinda juga menunggunya di sana.
Daniar Syukur lah nyonya sudah kembali. Aku sangat khawatir kalau terjadi sesuatu dengan nyonya
Nyonya Dinda Jadi kamu menunggu saya di sini?
Daniar patuh dan mendekat ke arah Dinda.
Nyonya Dinda Gadis pintar, gadis baik stop panggil saya nyonya cukup kamu memanggil aku D I N D dan A mengerti?
Daniar Tapi nyonya saya tidak bisa memanggil anda seperti yang anda inginkan nyonya
Nyonya Dinda Baiklah baiklah sekarang kamu pilih memanggil ku Dinda atau..
Nyonya Dinda Aku akan meminta mbak Nike untuk memindahkan mu ke tempatnya bagaimana?
Daniar Tidak, ku mohon nyonya jangan meminta saya ke tempat nyonya Nike
Nyonya Dinda Kamu takut? Maka turuti lah saja perintahku
Nyonya Dinda Apa kamu bilang!!
kata Daniar ragu.
Nyonya Dinda Bagus, nah begitu dong kan enak di dengar nya
Daniar Kamu mau kemana Dinda?
Nyonya Dinda Aku mau keluar mau jalan-jalan
Daniar Tunggu biar saya antar
Dinda kemudian keluar dari paviliun nya di temani oleh Daniar berkeliling komplek tempat tinggalnya yang lebih tepat dikatakan penjara itu.
Sampai Dinda menghentikan langkahnya saat Dinda melihat Nike menangis keluar dari paviliun tuan Arjun.
Nyonya Dinda Kenapa dia? Apa tuan Arjun Saputra menyakitinya?
Daniar menarik tangan Dinda untuk bersembunyi.
Daniar Hust, jangan sampai nyonya Nike melihat kita atau nanti kita bisa di hukum
Nyonya Dinda Kenapa kita harus di hukum, aku itu hanya penasaran saja kenapa dia menangis seperti itu
Daniar Mungkin karena penolakan dari tuan Arjun, Dinda
Nyonya Dinda Apakah pria tua itu suka menyakiti hati istrinya?